Ekonomi Indonesia mampu
tumbuh tinggi pada triwulan II-2023, sebesar 5,17% (yoy), di atas perkiraan
analis pasar. “Pertumbuhan ekonomi nasional melanjutkan tren di atas 5% selama
tujuh triwulan berturut-turut, lebih tinggi dari ekspektasi pasar bahkan dengan
basis pertumbuhan yang tinggi di periode yang sama tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan
resiliensi aktivitas ekonomi nasional di tengah perlambatan global,” jelas
Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Capaian
nasional ini lebih tinggi dibandingkan mayoritas negara dan kawasan, termasuk
Vietnam, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Korea Selatan yang tumbuh
masing-masing sebesar 4,1%; 0,6%; 2,6%; dan 0,9% (yoy) pada periode yang sama.
Dari sisi pengeluaran,
kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional ditopang oleh konsumsi masyarakat yang
tumbuh sebesar 5,23% (yoy). Daya beli masyarakat terus terjaga dengan tingkat
inflasi yang terus menurun. Berbagai kebijakan bantuan sosial kepada masyarakat
berpenghasilan rendah, pemberian THR dan gaji ke-13 serta Tunjangan Profesi
Guru (TPG), serta kebijakan masa libur lebaran yang lebih panjang mampu
mendorong aktivitas konsumsi masyarakat.
Aktivitas terkait
penyelenggaraan Pemilu juga sudah mulai terlihat menguat, tercermin dari
konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang mampu
tumbuh 8,62% (yoy). Peran APBN terbukti cukup signifikan dalam menopang kinerja
pertumbuhan triwulan II 2023. Konsumsi Pemerintah, yang mencakup belanja
pegawai dan belanja barang, tumbuh sangat kuat 10,62%, jauh lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan I-2023 sebesar 3,45%.
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto (PMTB) atau investasi pada triwulan II-2023 tumbuh 4,63% (yoy).
“Pertumbuhan investasi nasional terus menunjukkan perbaikan seiring dengan
reformasi struktural yang terus digulirkan untuk menciptakan iklim investasi
yang makin menarik. Pertumbuhan positif investasi juga didorong oleh
pertumbuhan barang modal bangunan, peralatan, dan mesin yang berarti aktivitas
produksi terus kuat,” lanjut Febrio. Di samping itu, investasi non-bangunan,
mesin mekanik, dan penjualan alat berat juga terpantau ekspansif.
Ekspor mulai mengalami
kontraksi 2,75%, sementara impor juga terkontraksi 3,08%, di tengah perlambatan
perdagangan dunia. Namun demikian, ekspor produk unggulan nasional masih tumbuh
positif. Secara volume, pertumbuhan ekspor batu bara, olahan kelapa sawit, dan
besi baja masing-masing tumbuh 5,1%; 56,4%; dan 18,0% (yoy) pada triwulan
II.