Presiden Joko
Widodo (Jokowi) membanggakan banyaknya kearifan lokal di World Water Forum
ke-10, dan mencontohkan sistem pengairan subak di Bali. "Indonesia
kaya kearifan lokal dalam pengolahan air, mulai dari sepanjang garis pantai,
pinggiran aliran sungai, sampai tepian danau," tutur Jokowi dalam
pembukaan World Water Forum di Bali International Convention Centre (BICC),
Nusa Dua, Bali, Senin (20/5).
"Masyarakat
kami punya nilai budaya terhadap air, salah satunya adalah sistem pengairan
subak di bali yang dipraktekkan sejak abad ke-11 dan diakui sebagai warisan
budaya dunia," lanjutnya. Jokowi mengatakan air bagi masyarakat Bali tak
hanya soal kebutuhan, tetapi juga pemuliaan yang mengandung nilai spiritual dan
budaya yang harus dikelola bersama.
Menurutnya, nilai
yang dipegang masyarakat Bali tersebut sejalan dengan tema World Water Forum
ke-10, yakni Water for Shared Prosperity atau Air untuk Kesejahteraan
Bersama. Tema tersebut, kata Jokowi, memiliki tiga prinsip dasar, yaitu
menghindari persaingan, mengedepankan pemerataan dan kerjasama inklusif, serta
menyokong perdamaian dan kemakmuran bersama. "Di mana ketiganya hanya bisa
terwujud dengan sebuah kata kunci, yaitu kolaborasi," ujarnya.
Kolaborasi sendiri
telah menjadi contoh sukses di Indonesia, di antaranya dalam merestorasi Sungai
Citarum. Langkah ini melahirkan fasilitas energi hijau solar panel di
Waduk Cirata, yang menjadi solar farm terapung terbesar di Asia Tenggara dan
ketiga terbesar di dunia. Sebelumnya, Jokowi resmi membuka gelaran World Water
Forum di Bali pada Senin (19/5) pagi.
Gelaran World Water
Forum ke-10 diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024. Rangkaian pembukaan
telah dimulai sejak Sabtu (18/5) dengan ritual upacara Segara Kerthi dan
dilanjutkan Gala Dinner pada Minggu (19/5).
Forum ini menjadi
sarana pertemuan internasional yang membahas tentang isu-isu air secara global,
khususnya membahas serta merumuskan kebijakan tata kelola air dan sanitasi
dunia.
Tags
Joko Widodo