Menteri
BUMN Erick Thohir mendorong peningkatan kolaborasi antara badan usaha milik
negara Indonesia dan Korea Selatan guna mendorong pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi kedua negara.
Dalam
acara Team Korea-Indonesia Economic Partnership Forum di Jakarta, Rabu, Erick
mengemukakan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang besar dan sumber daya
manusia yang memadai, sementara Korea Selatan memiliki teknologi yang canggih. “Tentu saja ini dapat terus mendorong pertumbuhan
ekonomi kedua negara. Saat ini, volume perdagangan kita sekitar 20 miliar dolar
AS. Saya yakin dalam beberapa tahun ke depan, jumlahnya bisa dua kali lipat,”
kata Erick.
Ia
juga optimistis mengenai prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, memprediksi
pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai 10.000 dolar AS pada 2029-2030.
Kerja sama dengan BUMN Korea Selatan, menurutnya, akan menjadi salah satu kunci
untuk mencapai target tersebut.
Erick
juga mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin antara BUMN kedua negara yang
telah berkontribusi pada keuntungan bersama dan pembangunan berkelanjutan
melalui pertukaran teknologi. Khususnya, dalam industri energi ramah lingkungan
antara Pertamina dan Korea National Oil Corporation (KNOC) yang telah bekerja
sama dalam mengembangkan teknologi carbon capture
and storage (CCS).
Selain
itu, dalam sektor kesehatan, kerja sama terjalin antara Biofarma Indonesia dan
International Vaccine Institute (IVI) yang berbasis di Korea untuk pengembangan
vaksin tifoid. Pada kesempatan yang sama, Wakil Duta
Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Soodeok, mengatakan meski Korea telah
menjadi mitra utama dalam kerja sama ekonomi dengan Indonesia, tantangan
seperti ketegangan geopolitik dan ketidakstabilan rantai pasokan tetap perlu
diwaspadai.
Tags
Joko Widodo